Penggunaan antibody monoclonal dan peptide
sebagai radiofarmaka tergantung pada tujuannya. Besar molekul sangat
mempengaruhi penangkapan monoclonal antibody dan peptide pada tumor dan jaringan
normal. Intact IgG antibody monoclonal yang memiliki besar molekul paling besar
di antara yang lain dibersihkan dengan lambat dari dalam darah. Waktu paruh
untuk eliminasi intact IgG antibody monoclonal dapat mencapai 2-3 hari untuk antibody
yang berasal dari tikus dan 4 hari untuk antibody yang berasal dari manusia.
Hal ini membuat intact IgG antibody memiliki kelebihan dan kekurangan ketika digunakan
sebagai radiofarmaka untuk imaging maupun terapi. Intact IgG antibody lebih
cocok untuk digunakan sebagai radiofarmaka terapi dibandingkan imaging. Dengan waktu paruh eliminasi yang panjang,
membuat antibody ini dapat bertahan lama di dalam darah dan membuat penangkapan
radiofarmaka di tumor menjadi maksimal. Namun, besar molekul dari intact IgG antibody
ini membuat penetrasi ke dalam tumor menjadi terhambat di pembuluh darah
sekitar tumor. Hambatan ini sering disebut sebagai “binding-site barrier”. Penetrasi
yang buruk dari intact IgG antibody ini membuat distribusinya di dalam tumor
menjadi tidak rata. Selain itu, intact IgG antibody juga banyak terakumulasi di
hepar. Bagian Fc dari intact IgG antibody ini ditangkap oleh reseptor
asialoglikoprotein di hepatosit. Hal ini membuat intact IgG menjadi tidak cocok
digunakan untuk keperluan imaging pada hepar. Namun, akumulasi pada hepar dapat
berkurang apabila menggunakan radioiodine yang akan dikatabolisme dan
dilepaskan oleh hepatosit.
Gambar: Intact IgG antibody dan fragmen antibody
(diadaptasi dari: http://www.acrobiosystems.com/A115-Antibody-and-antibody-fragment-purification.html)
Berbeda dengan fragmen antibody dan peptide
yang memiliki besar molekul lebih kecil dari intact IgG antibody, membuat fragmen
antibody dan peptide dapat segera terakumulasi di tumor dan juga cepat
tereliminasi dari dalam darah dan jaringan tubuh lainnya kecuali ginjal.
Cepatnya proses eliminasi pada fragmen antibody dan peptide membuat rasio
tumor/background atau tumor/jaringan normal menjadi cepat dan tinggi. Hal ini
sangat baik untuk keperluan imaging. Hanya saja akumulasi yang tinggi pada
ginjal dapat menjadi masalah pada pasien yang memiliki fungsi ginjal yang
kurang baik. Akumulasi di ginjal dapat disebabkan karena filtrasi dari
glomerulus dan juga perbedaan muatan listrik antara fragmen antibody dan
peptide dengan membrane sel tubular renal. Namun, toksisitas pada ginjal ini
dapat dikurangi dengan pemberian lisin atau arginine yang akan berkompetisi
dalam menghambat akumulasi fragmen atibodi dan peptide di ginjal. Selain itu,
toksisitas ginjal juga tidak berhubungan dengan radioisotope yang digunakan,
karena biasanya untuk imaging radioisotope yang digunakan adalah pemancar gamma
dengan energy radiasi yang rendah.
Referensi: Reilly RM; The Radiochemistry of
Monoclonal Antibodies and Peptides, Dalam:
Monoclonal Antibody and Peptide-Targeted Radiotherapy of Cancer. John
Wiley & Sons, Inc. New Jersey. 2010. p40-41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar