Sabtu, 08 Desember 2018

DENGAN TERAPI INI, ANDA TIDAK PERLU MENGHENTIKAN KONSUMSI LEVOTIROKSIN UNTUK TERAPI RADIOTIROABLASI DAN CEK TIROGLOBULIN

Oleh: Ryan Yudistiro

Thyroid Stimulating Hormon (TSH) dihasilkan oleh organ kecil di dalam otak yang bernama kelenjar hipofisis dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid di leher untuk menghasilkan hormon tiroid dan protein yang khas dihasilkan oleh sel tiroid, yaitu tiroglobulin. Kadar TSH akan meningkat jika kadar hormon tiroid rendah, dan akan turun jika kadar hormon tiroid meningkat, begitu sebaliknya sampai mencapai keseimbangan kadar kedua hormon tersebut di dalam batas nilai normal.

Pada pasien kanker tiroid yang sudah diangkat seluruh kelenjar tiroidnya, maka kadar hormon tiroid akan sangat rendah sekali, bahkan dapat tidak terdeteksi sama sekali, sehingga kelenjar hipofisis secara otomatis akan memproduksi TSH dalam kadar yang tinggi untuk merangsang sel tiroid yang masih tersisa untuk memproduksi hormon tiroid dan tiroglobulin. Namun, karena sudah tidak memiliki kelenjar tiroid, atau karena jumlah sisa sel tiroid yang tidak mencukupi untuk memproduksi hormon tiroid, kadar TSH terus meningkat tinggi dan menyebabkan kondisi kekurangan hormon tiroid. Kondisi yang disebut hipotiroid ini akan menurunkan metabolisme tubuh dan menimbulkan gejala seperti mudah lelah, lemas, nyeri otot dan sendi, tidak tahan udara dingin, sulit buang air besar, kulit kering, berat badan meningkat drastis, suara serak, kadar koleterol tinggi, denyut jantung melambat, depresi, sampai gangguan ingatan.

Gambar ilustrasi. Mekanisme hipotiroid pada pasien kanker tiroid setelah dioperasi
T3, T4 = hormon tiroid, TSH = Thyroid Stimulating Hormone

Levotiroksin adalah protein sintetis yang memiliki efek menyerupai hormon tiroid. Konsumsi levotiroksin selain dapat mengatasi kondisi hipotiroid juga dapat menghambat pertumbuhan sel tiroid dengan menekan kadar TSH dalam tubuh menjadi sangat rendah. Namun demikian, kadar TSH yang tinggi diperlukan untuk terapi ioidium radioaktif (RAI) atau deteksi sisa sel tiroid melalui pemeriksaan kadar tiroglobulin. Kadar TSH yang tinggi akan merangsang sisa sel tiroid untuk menangkap RAI dan juga memproduksi tiroglobulin. Oleh sebab itu, pasien kanker tiroid yang akan menjalani terapi RAI atau pemeriksaan kadar tiroglobulin akan disarankan untuk menghentikan konsumsi levotiroksin.

Penghentian konsumsi levotiroksin ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien dengan menurunkan kualitas hidupnya. Selain itu, pasien yang memiliki penyakit lain, seperti penyakit jantung dan psikis, juga berisiko untuk terjadi komplikasi dengan memburuknya penyakit yang dideritanya tersebut. Pada kondisi pasien yang tidak dapat mentolerir kondisi hipotiroid seperti ini, dokter akan menyarankan opsi cara lain untuk meningkatkan kadar TSH tanpa harus menghentikan konsumsi levotiroksin, yaitu dengan memberikan TSH sintetis yang disebut recombinant human TSH (rhTSH).

rhTSH (yang dikenal dengan merk dagang Thyrogen®) merupakan senyawa protein sintetis yang memiliki bentuk kimia dan efek pada tubuh menyerupai TSH. rhTSH 0.9mg diberikan melalui suntikan pada otot sebanyak 2 kali dengan interval waktu 24 jam setiap suntikan. Iodium radioaktif dapat diberikan pada 24 jam setelah suntikan kedua rhTSH dan pemeriksaan tiroglobulin dapat dilakukan pada empat hari setelah suntikan pertama rhTSH. Untuk detil jadwal pemberian rhTSH dapat dilihat pada table di bawah ini.

Pemberian rhTSH disarankan untuk pasien kanker tiroid dengan risiko rendah tanpa ada metastasis yang tidak dapat mentolerir kondisi hipotiroid atau pada pasien yang memiliki penyakit lain yang berisiko. Pemberian rhTSH juga disarankan untuk pasien yang telah cukup lama menghentikan levotiroksin, namun kadar TSH sulit untuk meningkat dan tetap rendah sehingga tidak dapat dilakukan terapi RAI atau pemeriksaan tiroglobulin. Bukti klinis menyatakan bahwa pasien yang diberikan rhTSH memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien yang menghentikan konsumsi levotiroksin sebelum menjalani terapi RAI dan pemeriksaan tiroglobulin. rhTSH meningkatkan kadar TSH tanpa harus menurunkan kualitas hidup pasien dan meningkatkan risiko komplikasi dari kondisi hipotiroid. rhTSH juga tidak mengganggu efektivitas terapi RAI dan akurasi pemeriksaan tiroglobulin. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal efektivitas terapi RAI dan akurasi pemeriksaan tiroglobulin pada pasien yang diberikan rhTSH dibandingkan dengan pasien yang menghentikan konsumsi levotiroksin.

Seperti obat lainnya, rhTSH memiliki efek samping, baik itu efek samping yang ringan dan sementara maupun efek samping yang serius. Efek samping serius sangat jarang terjadi yaitu gatal, kulit merah, sulit bernafas, suara serak, nyeri pada lokasi tumor, pusing, denyut jantung tidak stabil, dan kaki bengkak. Efek samping yang ringan, sementara, dan sering terjadi adalah sulit tidur, cemas, lelah, mual, dan hidung berair. Jika terjadi efek samping yang sangat berat segera sampaikan ke dokter yang merawat.

Tabel. Jadwal pemberian rhTSH
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
rhTSH
(disuntik di otot)
rhTSH
(disuntik di otot)
Iodium radioaktif (diminum)

-     WBS
-     Pemeriksaan tiroglobulin
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat

Sumber: ATA guideline, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar