Sabtu, 18 Agustus 2012

DETEKSI DINI KANKER DENGAN MOLECULAR IMAGING


DETEKSI DINI KANKER MENGGUNAKAN 
TEKNOLOGI MOLECULAR IMAGING


Kedokteran nuklir merupakan salah satu cabang spesialis kedokteran yang memanfaatkan sumber energi radiasi terbuka (obat radioaktif) untuk menilai fungsi organ, membantu menegakkan diagnosa penyakit, dan pengobatan beberapa jenis penyakit. Di Indonesia, pelayanan kedokteran nuklir telah dimulai sejak tahun 1970-an dan semakin berkembang pesat dengan kehadiran teknologi Positron Emission Tomography (PET). PET merupakan suatu modalitas molecular imaging (pencitraan molekuler) yang dapat menilai tingkat aktivitas metabolisme suatu sel.
PET menggunakan obat radioaktif FDG (2-[fluorine 18]fluoro-2-deoxy-D-glucose) yang disuntikan ke dalam tubuh dan akan diakumulasi oleh sel. FDG merupakan suatu senyawa gula yang dimodifikasi menjadi obat radioaktif dan memancarkan sinar gamma yang dapat direkam oleh kamera gamma. Gambar yang dihasilkan PET dapat diproses menjadi gambar 3 dimensi. Pada sel kanker, kebutuhan gula sangat tinggi untuk memenuhi energi yang dibutuhkan dalam proses pembelahan sel kanker yang sangat cepat sehingga metabolisme gula pada sel kanker akan menjadi tinggi. Mekanisme inilah yang menjadi dasar dari teknologi PET dengan menggunakan FDG sebagai obat radioaktif dalam mendeteksi adanya sel kanker. FDG akan diakumulasi sangat tinggi pada sel dengan metabolisme gula yang sangat tinggi seperti sel kanker dan atau anak sebarnya.
PET FDG telah rutin digunakan oleh sejawat dokter yang merawat pasien kanker untuk persiapan sebelum pemberian pengobatan atau pun untuk menilai kondisi pasien kanker. Manfaat pemeriksaan PET FDG dalam pengelolaan pasien kanker diantaranya adalah:
1.       Membantu dalam membedakan tumor ganas dari tumor jinak, contohnya pada tumor tunggal di paru.
2.       Bermanfaat dalam hal penentuan stadium kanker, baik itu sebelum maupun setelah pengobatan.
3.       Membantu dalam menentukan lokasi yang paling tepat untuk dilakukan pemeriksaan jaringan tumor (biopsi).
4.       Membantu dalam menentukan batas-batas tumor  yang menjadi target pada pengobatan radiasi.
5.       Bermanfaat dalam pemantauan keberhasilan pengobatan dengan kemoterapi atau pun radiasi.
6.  Dapat mendeteksi lokasi kekambuhan dan membedakannya dengan jaringan yang telah mati akibat pengobatan radiasi.
7.  Dapat mendeteksi dini adanya kanker pada saat teknologi pencitraan yang lain belum terdeteksi, hal ini disebabkan karena kelainan tingkat molekuler biasanya mendahului kelainan tingkat struktural.
PET FDG memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dalam mendeteksi adanya kanker. Walaupun demikian, PET FDG juga memiliki keterbatasan yaitu kurang baik dalam memastikan jenis kelainan yang ditemukan sehingga tetap diperlukan pemeriksaan jaringan sebagai pemeriksaan baku emas untuk kanker. Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, PET FDG dapat membantu dalam menentukan lokasi yang paling tepat untuk pengambilan jaringan. Dengan menggunakan bantuan Computed Tomography (CT) dosis rendah radiasi dalam menentukan lokasi, maka tingkat akurasi dari PET/CT FDG dalam mendeteksi kanker dapat ditingkatkan.
PET/CT FDG juga dapat memprediksi keberhasilan dari pemberian kemoterapi secara dini, sehingga pemberian kemoterapi dapat diteruskan atau dihentikan dan digantikan dengan jenis pengobatan yang lain. Hal ini juga dapat membantu dalam penghematan biaya pengobatan karena pasien tidak menghabiskan biaya untuk pengobatan yang diprediksi tidak akan berhasil. Selain untuk kanker, PET FDG juga dapat dimanfaatkan pada penyakit yang lain seperti pada penyakit jantung, demensia, Alzheimer, epilepsi, dan penyakit saraf lainnya.
Sebelum pemeriksaan PET/CT FDG pasien diminta untuk puasa selama paling kurang 6 sampai 8 jam sebelum pemeriksaan. Pasien masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi air mineral dan disarankan untuk sering minum selama hari pemeriksaan. Pada pasien yang terpasang infus berisi cairan nutrisi disarankan untuk mengganti cairan infus dengan cairan yang tidak mengandung gula. Hal ini dilakukan agar gula darah pada saat pemeriksaan tidak lebih dari 200 mg/dL. Sebelum penyuntikan obat radioaktif FDG, pasien akan diberikan obat untuk merelaksasikan otot-otot saluran pencernaan, kecuali bila terdapat kontraindikasi. Penyuntikan obat radioaktif FDG akan dilakukan melalui pembuluh darah balik di lengan pada saat 1 jam sebelum pencitraan (scanning). Setelah penyuntikan obat radioaktif FDG pasien diminta untuk beristirahat di ruangan khusus yang telah dipersiapkan dan tidak beraktivitas kecuali minum air mineral yang telah disediakan. Scanning dilakukan seluruh tubuh mulai dari ujung kepala sampai lutut atau ujung kaki. Lama scanning kurang lebih 15 sampai 20 menit dan bila diperlukan dapat dilakukan 2 kali scanning. Selama scanning pasien dapat tetap bernafas dengan normal namun diminta untuk tidak bergerak. Setelah scanning selesai, pasien dapat makan kembali seperti biasa. Analisa hasil oleh tim kedokteran nuklir membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari setelah pemeriksaan PET/CT FDG.
MRCCC Siloam Hospital Semanggi memiliki teknologi PET/CT FDG yang paling mutakhir serta memiliki dokter-dokter spesialis kedokteran nuklir yang berkolaborasi dengan spesialis radiologi yang handal dan berpengalaman dalam menganalisa hasil dari pemeriksaan PET/CT FDG. Tim kedokteran nuklir MRCCC selalu siap melayani permintaan konsultasi hasil PET/CT FDG setiap hari kerja. Melihat besarnya manfaat dari infromasi yang dapat diberikan oleh PET/CT FDG maka sudah selayaknya teknologi ini dapat dimanfaatkan secara rutin oleh para sejawat dokter yang merawat pasien kanker. Harga dari pemeriksaan ini relatif cukup terjangkau dan sebanding dengan besarnya nilai dari informasi yang dapat diberikan oleh PET/CT FDG untuk kepentingan pasien kanker maupun dokter yang merawat.

Tim Kedokteran Nuklir MRCCC Siloam Hospital Semanggi

6 komentar:

  1. Selamat Pagi Dokter,

    Ibu saya berumur 55 tahun sudah operasi ganti katup jantung di rs harapan kita tanggal 24 oktober 2011 dan sukses. Sampai saat ini dari hasil pemeriksaan, jantungnya tetap normal. Akan tetapi ada pembengkakan di dada, dan kata dokter rs harapan kita itu soft tisue tumor. Kemudian disarankan usg dan msct scan, dan hasilnya adalah diduga kuat limfoma maligna.

    Pertanyaan saya dokter:
    1. Apakah limfoma maligna itu? Apakah berbahaya?
    2. Apakah MRCCC sudah pernah tangani penyakit ini?
    3. Kalau saya mau periksa ke dokter atau ke MRCCC, data-data apa saja yang harus saya bawa?
    4. Apa tindakan yang pas dokter? Apa perlu operasi atau cukup kemoterapi dan radiasi saja.

    Termikasih & Salam
    Didi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear pak Didi,

      Saya akan coba bantu jawab pertanyaan pak Didi, semoga bisa membantu memberikan informasi yang berguna untuk pak Didi dan keluarga.
      Jawab: limfoma maligna adalah suatu keganasan yang berasal dari kelenjar getah bening dan biasanya membentuk suatu massa tumor di dalam tubuh. Biasanya pasien mengeluh sering demam, banyak berkeringat, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun. Seringkali ditandai dengan terabanya benjolan di tubuh, yang tidak nyeri, dan keras. Yang namanya keganasan merupakan suatu penyakit yang berbahaya karena dapat tumbuh dengan cepat, invasif atau menyebar ke organ yang lain, serta memiliki risiko kekambuhan dan kematian yang tinggi bila tidak ditangani dengan cepat, akurat, dan tepat. Oleh sebab itu deteksi awal dari penyakit keganasan merupakan tahapan yang penting dalam penanganan penyakit keganasan. Untuk menegakkan diagnosa dari limfoma adalah dengan pemeriksaan histopatologis. Pengobatan dari limfoma adalah operasi bila dimungkinkan, dilanjutkan dengan kemoterapi atau radiasi. Biasanya apabila keganasan sudah luas atau stadium lanjut biasanya diberikan kemoterapi untuk pengobatan. Kemoterapi ini diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi. Di MRCCC, kami memiliki dokter2 onkologi yang berpengalaman dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan diagnoatik yang lumayan mutakhir dan pilihan jenis terapi yang beragam. Pemeriksaan dan pengobatan limfoma sudah rutin dilakukan di MRCCC. PET scan dapat membantu dalam menentukan stadium dari penyakit limfoma ini, yaitu dengan mendeteksi penyebaran dari limfoma. Selain itu PET scan juga dapat membantu memprediksi dari keberhasilan kemoterapi, sehingga apabila obat kemoterapi yg akan diberikan tidak memberikan respon, maka obat tersebut dapat segera diganti dengan jenis obat yg lain. PET scan jg dapat digunakan untuk menilai efektifitas dari terapi. Sehingga dapat digunakan untuk menentukan adanya sisa keganasan atau kekambuhan. Kalau ibunda dari pak Didi ingin berobat ke MRCCC, sebaiknya semua data2 pemeriksaan yang pernah dilakukan dibawa sebagai bahan pertimbangan bagi kami dalam menganalisa dan merencanakan langka2 selanjutnya yang dibutuhkan bagi ibunda pak Didi. Sebaiknya telepon dulu ke bagian customer service kami untuk membuat perjanjian. Atau untuk informasi lebih detil lagi bapak bisa menghubungi saya di 021-29962765 pada jam kerja or by email. Nanti akan saya arahkan kepada dokter onkologi di tempat kami. Demikian pak penjelasan singkat dari saya, semoga dapat membantu.

      Hapus
  2. Dear Dokter,

    Ibu saya sudah 3 hari di rawat di MRCCC. Diagnosa awal dokter adalah tumor medistrinum. Besok sore akan dilakukan insisimal biopsi.

    Hasil ct scan kontras belum ada infiltrasi ke organ lain dan tidak tampak metastasis pada hepar. Cuma tampak pemesaran pada KGB paratracheal, subkarina dan broncus kanan kiri.

    Saya mengucapkan terima kasih atas sarannya berobat ke MRCCC.

    Berdasarkan pengalaman dokter:
    1. Itu jenis tumor apa? Jinak atau ganas?
    2. Kalau tumornya belum berinvasi atas tidak tampak metastatis di hepar berarti tumornya kategori stadium berapa?

    Ibu saya dirawat di kamar 3507.

    Terimah kasih
    Didi

    BalasHapus
  3. Untuk jenis tumor harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologis pak Didi. Kalau belum ada metaastasis di tempat lain ada kemungkinan itu masih stadium awal, tapi haru dilihat juga organ yang lain apakah sudah ada metastasis atau belum. Disinilah peranan PET scan, untuk melihat metastasis di seluruh tubuh. Kalau bapak ada waktu, silahkan datang ke kantor saya di PET centre lantai 2 pada jam kerja, kita bisa bicara banyak di sana.

    BalasHapus
  4. yth. dokter
    sy perempuan 26th, 7 bulan yg lalu sy menjalani operasi untuk tumor (multipel) di leher bagian sisi kanan.
    hasil PA menyatakan bahwa benjolan tsb adalah kelenjar getah bening yg merupakan metastase dari suatu tumor primer, jaringan KGB tsb telah berubah menyerupai suatu pleomorfik adenoma (suatu kasus yg menurut dr.Sp.PA dan dr.bedah onkologi)sangat jarang terjadi.
    untuk mencari tumor primer nya dokter bedah onkologi menyarankan saya untuk pet-scan.
    namun yg menjadi kendala untuk pet-scan adalah : saya hamil, sekarang menginjak usia kehamilan 32 minggu.
    saya direncanakan pet-scan setelah melahirkan.
    yang menjadi pwrtanyaan saya :
    1. kapan waktu yg aman untuk saya melakukan pet-scan (brp bulan post partum)??
    2. apakah ada pengaruh nya ke produksi ASI? krn saya ingin memberikan ASI ekslusif.
    3. bila IYA ada pengaruh nya pada ASI, kapan saya dapat menyusui bayi saya kembali (brp hari setelah pemeriksaan pet-scan)?? untuk berjaga-jaga saya akan memerah dan menyimpan ASI untuk diberikan kpd bayi saya selama saya tidak diperkenankan untuk menyusui setelah pet-scan.

    terima kasih atas perhatian nya.

    BalasHapus
  5. Yth ibu DN,
    Mohon maaf saya baru sempat membuka blog lagi setelah sekian lama disibukkan dengan pekerjaan. Ada baiknya jikalau mendesak ibu bisa hubungi saya melalui telepon. Saya akan coba jawab pertanyaan ibu.
    Keganasan pada kelenjar getah bening dapat merupakan keganasan primer atau sekunder (anak sebar dari keganasan yang lain). Untuk keganasan kelenjar getah bening yang primer, juga disebut sebagai limfoma, pada awalnya dapat memberikan hasil PA bukan sebagai limfoma namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan IHK (imunohistokimia) untuk mendeteksi ada reseptor2 yang khas untuk limfoma, dan jika positif maka diagnosa berubah menjadi limfoma. Kasus seperti ini pernah saya temukan beberapa kali. Maka ada baiknya hasil PA ibu dilanjutkan dengan pemeriksaan IHK untuk mengkonfirmasi bahwa kelenjar getah bening ibu bukan lah limfoma. Tapi kalau hasil IHK negatif bukan limfoma, maka harus dicari submbernya (tumor primernya). Yang perlu diingat adalah, semua pemeriksaan imaging (termasuk CT scan, MRI, dan PET scan)bukanlah alat pemeriksaan diagnosa pasti, hasil PA-lah yang hingga saat ini masih dianggap sebagai diagnosa pasti. Namun, apapun itu, PET scan yang dilakukan seluruh tubuh diperlukan untuk dilakukan karena dapat bermanfaat dalam mendeteksi lokasi tumor primer atau mendeteksi adanya penyebaran di organ tubuh lainnya.PET scan dilakukan dengan menyuntikkan zat radioaktif ke dalam tubuh pasien, dan akan berada di dalam tubuh paling tidak selama 24 jam. Zat radioaktif yang ada di dalam tubuh tersebut akan meluruh energinya seiring dengan berjalannya waktu. Zat radioaktif tersebut juga akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal dan sistim saluran kemih, oleh sebab itu dianjurkan sebelum, selama, dan sesudah pemeriksaan untuk banyak minum. Karena energi radiasi yang terkandung di dalam zat radioaktif tersebut, maka pemeriksaan PET scan tidak dapat dilakukan pada ibu hamil dan menyusui karena dikhawatirkan dapat memberikan dampak yang buruk bagi janin dan bayi. Pada ibu yang menyusui, jika memang PET scan sangat diperlukan, maka proses menyusui harus dihentikan dahulu selama paling tidak 2 - 3 x 24 jam setelah PET scan hingga dipastikan zat radioaktif sudah hilang dari dalam tubuh. Setelah itu, proses menyusui dapat dilanjutkan kembali seperti biasa. Saran saya sebaiknya PET scan dilakukan setelah ASI eksklusif selesai, sehingga bayi dapat diberikan susu formula selama ibu menjalani pemeriksaan PET scan. Namun, jika memang PET scan tetap ingin dilakukan selama ASI eksklusif, maka ibu harus menghentikan proses menyusui selama paling tidak 2 -3 hari.

    BalasHapus