Yang termasuk ke dalam tujuan pengobatan hipertiroid adalah menghilangkan keluhan dan memperbaiki kadar hormon tiroid yang tinggi. Kondisi hiperfungsi simpatis yang tinggi dapat diatasi dengan pemberian obat beta blocker. Memperbaiki kadar hormon tiroid yang tinggi dapat menggunakan obat antitiroid (OAT) yang menghambat produksi hormon tiroid atau dengan pemberian obat iodium radioaktif.
Terapi iodium radioaktif
Terapi yang paling sering digunakan untuk hipertiroid di Amerika Serikat adalah iodium radioaktif. Indikasi untuk pemberian iodium radioaktif ini adalah pembesaran kelenjar tiroid, keluhan tirotoksikosis, kadar hormon tiroid yang tinggi, dan kadar TSI yang tinggi.
Banyak dokter di Amerika Serikat lebih memilih iodium radioaktif sebagai pilihan pertama, terutama pada oenderita usia muda, karena tingginya angka kekambuhan (>50%) bila diberikan OAT. Terapi iodium radioaktif dapat diberikan tanpa perlu rawat inap isolasi, cukup dengan rawat jalan karena dosis radiasi yang digunakan sangat kecil sehingga paparan radiasi yang dihasilkan masih dalam batas aman.
Kisaran dosis yang biasa diberikan pada penderita hipertiroid adalah antara 5-15 mCi. Dosis tersebut ditentukan berdasarkan rumus yang dipengaruhi oleh estimasi berat kelenjar tiroid dan nilai tangkap tiroid, atau berdasarkan dosis tetap dari iodium radioaktif. Dosis tetap sebesar 7 mCi telah rutin digunakan oleh para dokter spesialis kedokteran nuklir sebagai dosis empiris pada terapi hipertiroid. Secara umum, dosis radiasi yang lebih besar diberikan pada penderita kelenjar tiroid yang besar, nilai tangkap tiroid yang rendah, atau penderita yang sebelumnya telah diobati dengan OAT.
Penderita yang sedang mengkonsumsi OAT harus menghentikan obat tersebut paling kurang 2-3 hari sebelum pemberian iodium radioaktif. Pada 1 penelitian yang menghentikan OAT selama 2 minggu sebelum pemberian iodium radioaktif meenunjukkan nilai kegagalan dari terapi iodium radioaktif yang paling rendah. Preterapi dengan thionamide menurunkan angka kesembuhan dari terapi iodium radioaktif pada penderita hipertiroid.
Hasil pemeriksaan fungsi tiroid biasanya akan mengalami perbaikan setelah 6-8 minggu setelah pemberian terapi iodium radioaktif, namun hal ini bisa sangat bervariasi tergantung dari individu penderita hipertiroid. Pada terapi iodium radioaktif ini, komplikasi yang dapat terjadi adalah kondisi hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) akibat penghancuran kelenjar tiroid, yang biasanya terjadi 2-3 bulan setelah pemberian terapi iodium radioaktif. Pemantauan klinis pada penderita dan pemeriksaan rutin kadar hormon tiroid perlu dilakukan setiap bulan atau bila ada keluhan yang bermakna. Pada saat penderita menjadi hipotiroid, maka penderita tersebut memerlukan suplemen hormon tiroid seumur hidup untuk memenuhi kekurangan hormon tiroid yang terjadi.
Ada kemungkinan yang sangat kecil untuk terjadi krisis tiroid akibat pemberian iodium radioaktif. Risiko komplikasi ini dapat ditemukan pada penderita usia lanjut atau dengan kondisi yang kurang baik. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian OAT.
Jika fungsi tiroid tidak kembali normal dalam waktu 6-12 bulan setelah terapi iodium radioaktif, maka dapat diberikan terapi iodium radioaktif yang kedua dengan dosis radiasi yang serupa atau lebih tinggi dari yang pertama. Pemberian terapi iodium radioaktif yang ketiga jarang dilakukan.
Hipotiroid dapat terjadi pada 90% penderita dalam satu tahun pertama setelah pemberian iodium radioaktif dengan dosis yang lebih tinggi. Kira-kira 1/3 penderita akan mengalami hipotiroid sementara. Namun pemberian hormon tiroid dapat ditunda apabila hipotiroid terjadi dalam 2 bulan pertama setelah terapi, kecuali terdapat keluhan hipotiroid yang sangat berat dari penderita. Jika kondisi hipotiroid tersebut berlangsung selama 2 bulan atau lebih, maka hipotiroid permanen telah terjadi dan pemberian suplemen hormon tiroid perlu dilakukan.
Tiroiditis akibat radiasi sangat jarang, namun apabila terjadi harus diwaspadai ada perburukan dari keluhan hipertiroid.
Pemantauan jangka panjang perlu dilakukan pada semua penderita hipertiroid yang diberikan terapi iodium radioaktif.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada penderita hipertiroid yang diterapi dengan iodium radioaktif adalah kontroversi mengenai kemungkinan perburukan dari kelainan mata (oftalmopati). Namun, adanya oftalmopati sebaiknya tidak mempengaruhi pilihan terapi ini pada penderita hipertiroid. Pada penderita hipertiroid dengan oftalmopati yang ringan dapat diberikan steroid (prednisone 1 mg/kg) selama 2-3 bulan. Bagi penderita hipertiroid yang tidak mengalami oftalmopati maka kemungkinan terjadinya oftalmopati sangat rendah. Pada penderita hipertiroid dengan oftalmopati yang berat, maka terapi harus dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan.
Kontraindikasi absolut untuk terapi iodium radioaktif ini adalah kehamilan. Tidak ada bukti yang kuat terjadinya mutasi dari sel embrio pada gonad yang terpapar radiasi. Angka kejadian kelainan janin atau kelainan pada kehamilan tidak meningkat setelah terapi iodium radioaktif. Pada penderita pria yang sebelumnya telah memiliki masalah pada kesuburan, terapi ini dapat memperburuk infertilitasnya.
Diketahui bahwa terapi iodium radioaktif dengan dosis rendah yang diberikan pada penderita anak-anak, justru dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid di kemudian hari. Disarankan pada penderita hipertiroid anak-anak untuk diberikan terapi iodium radioaktif dengan dosis yang lebih tinggi. Jika usia penderita berkisar antara 6-10 tahun, dosis ablasi yang disarankan adalah 100-150 uCi/gram kelenjar tiroid). Dosis tersebut digunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kanker tiroid.
(Graves Disease Author: Sai-Ching Jim Yeung, MD, PhD, FACP S Chief Editor: George T Griffing, MD)
Terapi iodium radioaktif
Terapi yang paling sering digunakan untuk hipertiroid di Amerika Serikat adalah iodium radioaktif. Indikasi untuk pemberian iodium radioaktif ini adalah pembesaran kelenjar tiroid, keluhan tirotoksikosis, kadar hormon tiroid yang tinggi, dan kadar TSI yang tinggi.
Banyak dokter di Amerika Serikat lebih memilih iodium radioaktif sebagai pilihan pertama, terutama pada oenderita usia muda, karena tingginya angka kekambuhan (>50%) bila diberikan OAT. Terapi iodium radioaktif dapat diberikan tanpa perlu rawat inap isolasi, cukup dengan rawat jalan karena dosis radiasi yang digunakan sangat kecil sehingga paparan radiasi yang dihasilkan masih dalam batas aman.
Kisaran dosis yang biasa diberikan pada penderita hipertiroid adalah antara 5-15 mCi. Dosis tersebut ditentukan berdasarkan rumus yang dipengaruhi oleh estimasi berat kelenjar tiroid dan nilai tangkap tiroid, atau berdasarkan dosis tetap dari iodium radioaktif. Dosis tetap sebesar 7 mCi telah rutin digunakan oleh para dokter spesialis kedokteran nuklir sebagai dosis empiris pada terapi hipertiroid. Secara umum, dosis radiasi yang lebih besar diberikan pada penderita kelenjar tiroid yang besar, nilai tangkap tiroid yang rendah, atau penderita yang sebelumnya telah diobati dengan OAT.
Penderita yang sedang mengkonsumsi OAT harus menghentikan obat tersebut paling kurang 2-3 hari sebelum pemberian iodium radioaktif. Pada 1 penelitian yang menghentikan OAT selama 2 minggu sebelum pemberian iodium radioaktif meenunjukkan nilai kegagalan dari terapi iodium radioaktif yang paling rendah. Preterapi dengan thionamide menurunkan angka kesembuhan dari terapi iodium radioaktif pada penderita hipertiroid.
Hasil pemeriksaan fungsi tiroid biasanya akan mengalami perbaikan setelah 6-8 minggu setelah pemberian terapi iodium radioaktif, namun hal ini bisa sangat bervariasi tergantung dari individu penderita hipertiroid. Pada terapi iodium radioaktif ini, komplikasi yang dapat terjadi adalah kondisi hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) akibat penghancuran kelenjar tiroid, yang biasanya terjadi 2-3 bulan setelah pemberian terapi iodium radioaktif. Pemantauan klinis pada penderita dan pemeriksaan rutin kadar hormon tiroid perlu dilakukan setiap bulan atau bila ada keluhan yang bermakna. Pada saat penderita menjadi hipotiroid, maka penderita tersebut memerlukan suplemen hormon tiroid seumur hidup untuk memenuhi kekurangan hormon tiroid yang terjadi.
Ada kemungkinan yang sangat kecil untuk terjadi krisis tiroid akibat pemberian iodium radioaktif. Risiko komplikasi ini dapat ditemukan pada penderita usia lanjut atau dengan kondisi yang kurang baik. Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian OAT.
Jika fungsi tiroid tidak kembali normal dalam waktu 6-12 bulan setelah terapi iodium radioaktif, maka dapat diberikan terapi iodium radioaktif yang kedua dengan dosis radiasi yang serupa atau lebih tinggi dari yang pertama. Pemberian terapi iodium radioaktif yang ketiga jarang dilakukan.
Hipotiroid dapat terjadi pada 90% penderita dalam satu tahun pertama setelah pemberian iodium radioaktif dengan dosis yang lebih tinggi. Kira-kira 1/3 penderita akan mengalami hipotiroid sementara. Namun pemberian hormon tiroid dapat ditunda apabila hipotiroid terjadi dalam 2 bulan pertama setelah terapi, kecuali terdapat keluhan hipotiroid yang sangat berat dari penderita. Jika kondisi hipotiroid tersebut berlangsung selama 2 bulan atau lebih, maka hipotiroid permanen telah terjadi dan pemberian suplemen hormon tiroid perlu dilakukan.
Tiroiditis akibat radiasi sangat jarang, namun apabila terjadi harus diwaspadai ada perburukan dari keluhan hipertiroid.
Pemantauan jangka panjang perlu dilakukan pada semua penderita hipertiroid yang diberikan terapi iodium radioaktif.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada penderita hipertiroid yang diterapi dengan iodium radioaktif adalah kontroversi mengenai kemungkinan perburukan dari kelainan mata (oftalmopati). Namun, adanya oftalmopati sebaiknya tidak mempengaruhi pilihan terapi ini pada penderita hipertiroid. Pada penderita hipertiroid dengan oftalmopati yang ringan dapat diberikan steroid (prednisone 1 mg/kg) selama 2-3 bulan. Bagi penderita hipertiroid yang tidak mengalami oftalmopati maka kemungkinan terjadinya oftalmopati sangat rendah. Pada penderita hipertiroid dengan oftalmopati yang berat, maka terapi harus dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan.
Kontraindikasi absolut untuk terapi iodium radioaktif ini adalah kehamilan. Tidak ada bukti yang kuat terjadinya mutasi dari sel embrio pada gonad yang terpapar radiasi. Angka kejadian kelainan janin atau kelainan pada kehamilan tidak meningkat setelah terapi iodium radioaktif. Pada penderita pria yang sebelumnya telah memiliki masalah pada kesuburan, terapi ini dapat memperburuk infertilitasnya.
Diketahui bahwa terapi iodium radioaktif dengan dosis rendah yang diberikan pada penderita anak-anak, justru dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid di kemudian hari. Disarankan pada penderita hipertiroid anak-anak untuk diberikan terapi iodium radioaktif dengan dosis yang lebih tinggi. Jika usia penderita berkisar antara 6-10 tahun, dosis ablasi yang disarankan adalah 100-150 uCi/gram kelenjar tiroid). Dosis tersebut digunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kanker tiroid.
(Graves Disease Author: Sai-Ching Jim Yeung, MD, PhD, FACP S Chief Editor: George T Griffing, MD)
Dok sy mau brtnya saya pndrita hipertiroid skitar 1,5 taun yg lalu stlh saya pngobatan dngn antitiroid dan iodium radioaktif saya dinyatakn sembuh..berat badan saya dlu menurun stlh smbuh mnjadi naik signifikan dan skrg juga jd sulit turun dan gemuk apa ada pngruh dari obat anti tiroid trsbut ? Apa sy musti kontrol kmbali ? Trimakasih
BalasHapusDok sy mau brtnya saya pndrita hipertiroid skitar 1,5 taun yg lalu stlh saya pngobatan dngn antitiroid dan iodium radioaktif saya dinyatakn sembuh..berat badan saya dlu menurun stlh smbuh mnjadi naik signifikan dan skrg juga jd sulit turun dan gemuk apa ada pngruh dari obat anti tiroid trsbut ? Apa sy musti kontrol kmbali ? Trimakasih
BalasHapusMaaf mb gia,sya nina saya mo tanya apakah mahal biaya untuk pengobatan dg metode itu..sya jg pnderita hipertyroid sudah hmpir 8thun smpai skrg blum smbuh jg.dan dmna bsa berobat dg cara itu ??mohon infonya ya mb gia,,mkasih sblumnya. .
HapusMaaf mb gia,sya nina saya mo tanya apakah mahal biaya untuk pengobatan dg metode itu..sya jg pnderita hipertyroid sudah hmpir 8thun smpai skrg blum smbuh jg.dan dmna bsa berobat dg cara itu ??mohon infonya ya mb gia,,mkasih sblumnya. .
HapusAswrwb.. Dok sy dri thn 2009 berobat di rmh skit hasan sadikin, terapi suntikan nuklir dan iodium radioaktif penyakit hipertiroid, 3 bulan kemudian normal, dn 6 bln kemudian menjadi Hipoteroid dan sy minum euthyrox 100 g. setiap hr 1 tblt, yang mau sy tanyakan kenapa sudah 5 bln ini mata kanan sy mulai besar, dn mata kiri sy kecil, apakah hiperteroid sy kambuh lagi? mohon penjelasannya... Dn trimakasih sebelumnya
BalasHapus