Senin, 12 November 2012

Terapi Obat Anti-Tiroid (OAT) pada penderita hipertiroid

Yang termasuk ke dalam terapi hipertiroid adalah obat anti-tiroid (OAT), terapi iodium radioaktif (RAI), atau operasi pengangkatan kelenjar tiroid (tiroidektomi), serta obat-obatan untuk mengurangi keluhan. Terapi yang disebut di atas tidak dapat diberikan pada penderita hipertiroid dengan nilai tangkap tiroid yang rendah (seperti pada tiroiditis subakut).
Dokter yang sering merawat penderita hipertiroid, biasanya tidak akan memberikan OAT pada penderita yang mengalami kelainan darah atau hepatitis (radang hati). Hal ini perlu disampaikan kepada pasien sebelum pemberian OAT, pasien harus diberikan informasi atau penjelasan tertulis mengenai efek samping dan komplikasi dari pemberian OAT.
Lebih dari 100 panduan berdasarkan bukti ilmiah telah disusun oleh American Thyroid Association (ATA) dan American Association of Clinical Endocrinologist dalam menangani penderita hipertiroid.
Obat Anti-Tiroid (OAT)
OAT (seperti: methimazole, propylthiouracil) telah digunakan untuk penderita hipertiroid sejak tahun 1940-an. OAT pertama kali digunakan untuk mengendalikan hipertiroid pada anak, remaja, dan ibu hamil (PTU hanya diberikan untuk ibu hamil). Pada wanita yang tidak hamil, OAT hanya untuk mengendalikan keluhan hipertiroid, sebelum diberikan terapi RAI sebagai terapi pilihan untuk hipertiroid. Berdasarkan survey yang dilakukan pada dokter spesialis di Amerika Serikat, terapi pilihan yang paling sering diberikan adalah terapi RAI.
OAT menghambat proses produksi dari hormon tiroid, sehingga kadar hormon tiroid akan menurun secara bertahap dalam waktu 2-8 minggu atau lebih. PTU dapat menghambat perubahan T4 menjadi T3. T3 merupakan bentuk yang lebih aktif dari hormon tiroid. Penurunan kadar T3 dalam darah secara cepat berhubungan dengan perbaikan keadaan umum dari penderita hipertiroid.
Penyesuaian dosis OAT dilakukan setiap 4 minggu hingga fungsi kelenjar tiroid menjadi normal. Sebagian penderita penyakit Graves' akan sembuh setelah pemberian terapi selama 12-18 bulan, sehingga OAT dapat dihentikan. Namun, separuh dari pasien tersebut akan mengalami kekambuhan pada tahun berikutnya. Hipertiroid dengan nodul (penyakit Plummer dan adenoma toksik) merupakan kondisi yang permanen sehingga tidak disarankan untuk diberikan OAT.
OAT pilihan untuk wanita penderita hipertiroid yang tidak hamil adalah methimazole. FDA telah memberikan peringatan mengenai peningkatan risiko terjadinya gagal hati pada penderita hipertiroid yang diberikan methimazole pada kehamilan trimester pertama. Methimazole juga berhubungan dengan kelainan kulit pada janin ketika diberikan pada awal kehamilan, sehingga OAT perlu diganti dengan PTU pada kehamilan trimester pertama. Setelah 12 minggu, OAT kembali diganti dengan methimazole. Methimazole bekerja lebih efektif dan lebih lama di dalam tubuh, sehingga cukup diberikan sekali atau dua kali sehari.
PTU masih merupakan obat pilihan untuk kondisi kegawatan tiroid seperti hipertiroid berat/krisis tiroid karena memiliki mekanisme tambahan dengan memghambat konversi T4 menjadi T3. Pemberian PTU dilakukan setiap 6-8 jam. Penurunan kadar T3 secara teori dapat membantu mengurangi keluhan hipertiroid lebih cepat dibandingkan dengan methimazole. Saat kadar hormon tiroid mencapai normal, OAT dapat langsung diganti menjadi methimazole.
Efek samping dari OAT
Efek samping dari OAT yang paling sering terjadi adalah reaksi alergi seperti demam, kulit merah, gatal, dan nyeri sendi. Reaksi alergi ini terjadi pada 1-5% penderita yang diberikan OAT, dan biasanya terjadi dalam minggu pertama pemberian OAT. Efek samping yang lebih berat seperti kelainan darah, anemia, hepatitis, radang sendi, dan radang pembuluh darah seperti lupus juga dapat terjadi pada pemberian OAT. Semua efek samping ini, kecuali kelainan darah, lebih sering terjadi pada PTU. Kelainan darah dapat terjadi pada 0.2-0.5% penderita yang diberikan methimazole atau PTU.
FDA menemukan 32 kasus (22 dewasa dan 10 anak-anak) yang menderita kerusakan hati setelah pemberian PTU. Pada pasien dewasa, 12 orang meninggal dunia dan 5 orang menjalani transplantasi hati, sedangkan pada penderita anak-anak, 1 anak meninggal dunia dan 6 anak menjalani transplantasi hati. PTU diberikan untuk mengatasi hipertiroid akibat penyakit Graves'. Laporan FDA ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko toksisitas terhadap hati pada pemberian PTU. Walaupun demikian, pada pemberian methimazole juga dilaporkan kejadian 5 kasus kerusakan hati yang berat (3 kasus dengan kematian).
PTU sebaiknya diberikan sebagai pilihan kedua setelah methimazole, kecuali pada penderita yang alergi terhadap methimazole, atau pada ibu hamil semester pertama. Methimazole yang diberikan pada ibu hamil semester pertama dilaporkan dapat menyebabkan kelainan janin, berupa kelainan pada kulit. Oleh sebab itu pada ibu hamil semester pertama tersebut, OAT diganti dengan PTU untuk sementara.
Pemantauan yang ketat perlu dilakukan untuk mendeteksi tanda dan gejala dari kerusakan hati, terutama pada 6 bulan pertama pemberian OAT. Pada penderita yang dicurigai mengalami kerusakan hati, penghentian OAT dan perawatan untuk kerusakan hati tersebut harus segera dilakukan.
PTU sebaiknya tidak diberikan pada penderita anak-anak, kecuali penderita alergi terhadap methimazole dan tidak ada obat pilihan lainnya.
Obat lainnya
Pada hipertiroid berat/krisis tiroid akibat penyakit Graves' atau tiroiditis subakut, pemberian obat kontras yang mengandung iodium dapat dilakukan dengan tujuan untuk menghambat konversi T4 menjadi T3 dan pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Terapi ini merupakan pilihan yang terakhir, karena terapi ini dapat menunda pemberian terapi RAI sebagai terapi definitif selama beberapa minggu. SSKI (potasium iodida) 10 tetes dua kali sehari atau ipodate (1 gr/hari) dapat diberikan sebagai terapi alternatif untuk menurunkan kadar T3 dengan cepat.
Pilihan terapi ini jangan diberikan pada penyakit Plummer dan adenoma toksik, karena hanya akan memperburuk hipertiroidnya. Penyaki otonom ini akan bertambah buruk bila diberikan iodium dalam jumlah tinggi.
(Translate from: Hyperthyroidism Author: Author: Stephanie L Lee, MD, PhD Stephanie L Lee, MD, PhD Chief Editor: Chief Editor: George T Griffing, MD; medscape)

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Iya Sheila, memang untuk penggunaan OAT sebaiknya harus dievaluasi lagi setelah 2 tahun. Bila sudah tidak berespon baik sebaiknya diberikan alternatif pengobatan yang lain, yaitu operasi atau ablasi dgn iodium radioaktif. Bahkan di beberapa negara sudah mulai memberikan iodium radioaktif sejak awal untuk memberikan pengobatan yang definitif bagi pasien. Sehingga pasien tidak terlalu lama dalam keadaan hipertiroid.
    Mohon maaf baru bisa berikan komentar, dan ini koq terhapus yah komentarnya? #gaptek*

    BalasHapus
  3. Dok, bila terjadi reaksi alergi ringan seperti gatal dan merah2 (seperti digigit nyamuk) 4-5 jam setelah minum THYROZOL apalah boleh diberi insidal? Dan apakah sy bisa tetap memakai thyrozol u/ seterusnya tanpa takut alergi bertambah parah? Sy enggan ganti ke PTU. Thx dok dimohon sarannya

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum dok..
    Maaf saya mau tanya, suami saya sudah menjalankan radiasi nuklir pada bulan agustus 17, dosis sudah diturunkan sama dr spd jadi ptu 1x1, apa akan setiap hari konsumsi obat dok? Apakah bisa mempengaruhi pada sperma suami saya setelah di nuklir? Terimakasih

    BalasHapus
  5. Bagaimana bila ditemukan terjadi gangguan darah, anemia, trombositopenia, yang dicurigai karena penggunaan PTU dan methimazol? apakah pilihannya satu-satunya adalah pemberian obat kontras ya, Dokter? Terimakasih

    BalasHapus