Selasa, 09 Oktober 2018

KANKER PAYUDARA: Kapan PET/CT FDG diperlukan?


Penentuan stadium pada kanker payudara, baik itu sebelum terapi maupun setelah terapi, sangat penting untuk dilakukan karena sangat menentukan penatalaksanaan pasien tersebut. Penentuan stadium pada kanker payudara dinilai berdasarkan karakteristik tumornya, seperti ukuran dan lokasinya, penyebaran ke kelenjar getah bening lokal maupun regional, dan penyebaran ke organ lain.
Selain itu, penilaian respon terapi juga perlu dilakukan sejak awal pemberian kemoterapi, karena dapat merubah penatalaksanaan pasien kanker payudara sejak awal. Penilaian respon kemoterapi sejak awal ini juga dilakukan untuk menghindari efek samping dan biaya yang tidak perlu untuk kemoterapi yang sejak awal diprediksi tidak akan efektif. Oleh sebab itu, pemeriksaan yang sangat akurat dan teliti penting dilakukan dalam menentukan stadium awal sebelum terapi, penilaian respon terhadap kemoterapi, maupun deteksi kekambuhan pada saat pemantauan.

Positron Emission Tomography (PET)/Computed Tomography merupakan salah satu modalitas molecular imaging (pencitraan molekuler) yang berperan penting dalam penentuan stadium penyakit kankerpencitraan molekuler) yang berperan penting dalam penentuan stadium penyakit kanker. PET/CT adalah kamera hybrid yang mengkombinasikan dua kamera, PET dan CT, menjadi satu modalitas pemeriksaan imaging. PET/CT menggunakan obat radioaktif FDG (2-[fluorine 18]fluoro-2-deoxy-D-glucose) yang disuntikan ke dalam tubuh dan diakumulasi di dalam sel, sehingga PET/CT FDG dapat menilai tingkat aktivitas metabolisme dari sel tersebut. FDG merupakan suatu senyawa gula yang memancarkan sinar gamma dan dapat direkam oleh kamera. Gambar yang dihasilkan PET dapat diproses menjadi gambar 3 dimensi untuk seluruh tubuh. Pada sel kanker, kebutuhan gula sangat tinggi untuk memenuhi energi sel kanker yang tumbuh sangat cepat sehingga metabolisme gula pada sel kanker akan menjadi tinggi. Mekanisme inilah yang menjadi dasar dari teknologi PET dengan menggunakan FDG sebagai obat radioaktif dalam mendeteksi adanya sel kanker.

PET/CT pada pemeriksaan awal kanker payudara1
Akumulasi FDG yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan diagnostik dari PET/CT. Akumulasi FDG pada sel kanker payudara tergantung pada beberapa faktor terutama pada karakteristik jaringan dan biologis dari sel kanker payudara tersebut. Intensitas akumulasi FDG ini berhubungan erat dengan tipe kanker payudara yang agresif serta prognosis dan respon yang buruk terhadap pengobatan.

Tabel karakteristik akumulasi FDG pada kanker payudara
Akumulasi FDG Tinggi
Akumulasi FDG Rendah
Ductal (median SUV 6.6)
Lobular (median SUV 3.4)
Metaplastic (median SUV 1.9)

Ki-67 (indeks proliferasi) tinggi
Ki-67 rendah
Reseptor estrogen/progesteron (-)
Reseptor estrogen/progesteron (+)
Triple-negative breast cancer

p53 positive
p53 negative
Grade 3 (SUV 9.7)
Grade 1-2 (SUV: 4.8)
Dimodifikasi dari Groheux D, Espié M, Giacchetti S, Hindié E. Performance of FDG PET/CT in the Clinical Management of Breast Cancer. Radiology. 2013;266(2):388-405

PET/CT FDG memiliki keterbatasan untuk membedakan tumor payudara ganas dengan jinak, terutama pada tumor berukuran kecil. Akumulasi FDG tidak hanya dapat terlihat pada keganasan tapi juga pada proses inflamasi. Walaupun beberapa ahli menyampaikan bahwa kemampuan diagnostik PET/CT FDG dalam membedakan tumor ganas dengan jinak dapat meningkat dengan metode dual-time imaging. Scanning delayed pada metode ini dilakukan saat 2 jam setelah penyuntikan FDG. Pada tumor ganas, akumulasi FDG akan terus meningkat, sedangkan pada lesi inflamasi akumulasi FDG akan cenderung stabil atau menurun. Namun, manfaat metode dual-time imaging ini masih memerlukan konfirmasi dengan data klinis yang lebih besar.
PET/CT juga memiliki keterbatasan dalam penentuan batas dan ukuran tumor payudara. Magnetic Resonance Imaging (MRI) memiliki kemampuan diagnosa yang lebih baik dibandingkan dengan PET/CT dalam menentukan pasien yang memerlukan tindakan operasi payudara radikal.
PET/CT FDG tidak dapat menggantikan biopsi dalam penegakkan diagnosis kanker payudara. Namun, PET/CT FDG dapat mengarahkan target lokasi untuk biopsi. PET/CT FDG juga kurang baik dalam mendeteksi keterlibatan kelenjar getah bening lokal di pada kanker payudara. PET/CT FDG tidak dapat menggantikan posisi sentinel node biopsy dalam menentukan keterlibatan kelenjar getah bening lokal. Ultrasonongrafi (USG) dan MRI memiliki kemampuan diagnostik yang lebih baik dalam mendeteksi keterlibatan kelenjar getah bening pada kanker payudara.
PET/CT FDG bermanfaat dalam penilaian tumor payudara berukuran besar (tumor > 3cm atau stadium IIB ke atas) karena memiliki kelebihan dalam mendeteksi metastasis jauh pada organ lain. PET/CT juga mampu mendeteksi kelenjar getah bening lain di luar aksila dan mamaria interna, yang dapat mempengaruhi stadium dan pilihan terapi awal.
PET/CT sangat penting dalam menentukan stadium awal pada kanker payudara terutama dalam menentukan keberadaan metastasis jauh di organ lain. PET/CT memiliki keunggulan dalam mendeteksi lesi osteolitik dari metastasis tulang, walaupun tidak dapat menyingkirkan kemungkinan metastasis tulang pada lesi osteoblastik yang tidak menangkap FDG. Oleh sebab itu, osteoblastic mapping dengan bone scan tetaplah diperlukan pada pasien kanker payudara. Karena akumulasi FDG fisiologis yang tinggi di otak sehingga menyulitkan dalam penilaian metastasis otak dari PET/CT FDG. MRI lebih disarankan untuk penilaian metastasis di otak. Nodul di bawah 1-cm dan pergerakan pernafasan juga dapat membuat PET/CT FDG kurang sensitif dalam mendeteksi metastasis di paru. Teknik scanning standard untuk CT thorak perlu dilakukan pada pasien yang dicurigai memiliki metastasis paru.

PET/CT pada pemantauan kanker payudara
Setelah pengobatan, pasien kanker payudara akan dicurigai mengalami kekambuhan berdasarkan tanda dan gejala klinis, pemeriksaan imaging, dan penanda tumor (kadar Ca 15-3 dan CEA dalam darah). PET/CT FDG sangat bermanfaat dalam mendeteksi kekambuhan dan menentukan ulang stadium kanker payudara. PET/CT FDG lebih baik dibandingkan modalitas imaging konvensional lainnya (CT, bone scan, dan USG) dalam mendeteksi kekambuhan lokal regional maupun metastasis jauh dengan tingkat akurasi sebesar 60 – 98%. Kemampuan yang baik dari PET/CT FDG ini dapat merubah tatalaksana pasien kanker payudara yang tidak memiliki tanda dan gejala untuk kekambuhan namun memiliki kadar penanda tumor yang meningkat. PET/CT FDG mampu mendeteksi kekambuhan lebih awal dari modalitas imaging konvensional lainnya.

PET/CT FDG interim untuk memprediksi keberhasilan kemoterapi pada kanker payudara
Kemoterapi merupakan salah satu pilihan pengobatan kanker payudara. Kemoterapi adjuvan diberikan setelah operasi tumor payudara untuk membersihkan sel kanker yang tersisa. Kemoterapi neoadjuvan merupakan terapi pilihan pertama pada pasien kanker payudara yang tidak dapat dioperasi atau kanker payudara dengan inflamasi. Kemoterapi neoadjuvan juga dapat diberikan pada kanker payudara yang dapat dioperasi namun berukuran besar, dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk payudara seoptimal mungkin. Keberhasilan dari kemoterapi ini berkaitan dengan perbaikan angka survival kanker payudara. Oleh sebab itu, keberhasilan dari kemoterapi harus dapat diprediksi sejak awal pemberian kemoterapi sehingga dapat merubah strategi pengobatan sejak awal jika kemoterapi neoadjuvan dinilai tidak akan efektif.
PET/CT FDG merupakan modalitas molecular imaging seluruh tubuh yang menilai tingkat aktivitas metabolisme (SUVmax) pada sel. Pada kemoterapi neoadjuvan yang efektif, maka akan terjadi penurunan aktivitas metabolisme lebih awal dibandingkan perubahan pada ukuran tumor, bahkan pada beberapa tumor dapat tidak mengalami perubahan ukuran walaupun secara metabolisme sudah tidak aktif lagi. PET/CT FDG interim yang dilakukan setelah 1-2 siklus kemoterapi neoadjuvan bertujuan tidak hanya untuk menilai efektivitas terapi tapi juga untuk memprediksi keberhasilannya. SUVmax pada PET/CT FDG interim akan dibandingkan dengan PET/CT FDG praterapi, respon parsial dari kemoterapi neoadjuvan terjadi jika penurunan SUVmax lebih dari 25%. PET/CT FDG interim ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada tumor payudara praterapi dengan SUVmax yang tinggi, karena aktivitas metabolik yang rendah pada tumor praterapi merupakan indikator resistensi dari kemoterapi.

PET/CT FDG untuk menilai keberhasilan terapi hormonal
Ada suatu fenomena yang berbeda ketika PET/CT FDG digunakan untuk menilai keberhasilan terapi hormonal pada kanker payudara. Fenomena ini disebut sebagai fenomena metabolic flare, dimana terjadi peningkatan aktivitas metabolisme pada beberapa hari pertama setelah terapi hormonal. Hal ini merupakan indikator yang baik terhadap respon terapi hormonal. Hal ini disebabkan karena terapi hormonal memiliki efek agonis yang muncul terlebih dahulu sebelum efek antogonis terhadap sel kanker.

Nilai prognosis PET/CT FDG pada pengobatan kanker payudara
Berdasarkan beberapa laporan penelitian yang menyebutkan bahwa, semakin tinggi nilai SUVmax dari tumor payudara praterapi, maka semakin buruk prognosis dari pasien tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena nilai SUVmax berbanding lurus dengan tingkat derajat histopatologi dari kanker payudara. Walaupun sayangnya, belum ada kesepakatan mengenai batas nilai SUVmax untuk membedakan SUVmax rendah dan tinggi.
Begitu pula dengan penurunan nilai SUVmax pada saat penilaian respon kemoterapi dengan PET/CT FDG. Pasien yang berespon baik terhadap kemoterapi dan mengalami penurunan nilai SUVmax yang cukup signifikan akan memiliki angka survival yang lebih baik dibandingkan pasien yang tidak berespon baik terhadap kemoterapi dan tidak mengalami penurunan nilai SUVmax.

Prosedur Pemeriksaan PET/CT FDG
Sebelum pemeriksaan PET/CT FDG pasien diminta untuk puasa selama paling kurang 6 sampai 8 jam sebelum pemeriksaan. Pasien masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi air mineral dan disarankan untuk sering minum selama hari pemeriksaan. Pada pasien yang terpasang infus berisi cairan nutrisi disarankan untuk mengganti cairan infus dengan cairan yang tidak mengandung gula. Hal ini dilakukan agar gula darah pada saat pemeriksaan tidak lebih dari 200 mg/dL. Sebelum penyuntikan obat radioaktif FDG, pasien akan diberikan obat untuk merelaksasikan otot-otot saluran pencernaan, kecuali bila terdapat kontraindikasi. Penyuntikan obat radioaktif FDG akan dilakukan melalui pembuluh darah vena pada saat 1 jam sebelum pencitraan (scanning). Setelah penyuntikan obat radioaktif FDG pasien diminta untuk beristirahat di ruangan khusus yang telah dipersiapkan dan tidak beraktivitas kecuali minum air mineral yang telah disediakan. Scanning dilakukan seluruh tubuh mulai dari ujung kepala sampai lutut atau ujung kaki. Lama scanning kurang lebih 15 sampai 20 menit dan bila diperlukan dapat dilakukan 2 kali scanning. Selama scanning pasien dapat tetap bernafas dengan normal namun diminta untuk tidak bergerak. Setelah scanning selesai, pasien dapat makan kembali seperti biasa. Analisa hasil oleh tim kedokteran nuklir membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari setelah pemeriksaan PET/CT FDG.

Kesimpulan
PET/CT FDG sangat bermanfaat dalam penentuan stadium ulang pada pasien yang mengalami kekambuhan atau dicurigai mengalami kekambuhan dari kanker payudara. PET/CT FDG juga berperan cukup penting dalam penentuan stadium awal pada pasien kanker payudara yang dicurigai sudah dengan stadium lanjut atau kanker payudara dengan inflamasi. PET/CT FDG mampu mendeteksi metastasis kelenjar getah bening dan metastasis di organ lain lebih baik dibandingkan modalitas imaging lainnya. PET/CT sangat baik digunakan untuk menilai dan memprediksi respon terapi, karena dapat menilai perubahan tingkat aktivitas metabolisme yang terjadi lebih awal dibandingkan perubahan ukuran tumor. Walaupun demikian PET/CT FDG memiliki kelemahan dalam mendeteksi tumor dengan ukuran kecil (< 1 cm). PET/CT juga tidak dapat menggantikan peran biopsi dalam membedakan tumor ganas dan jinak. PET/CT FDG tidak disarankan pada pasien kanker payudara yang dicurigai masih stadium awal.

REFERENSI
1.         Groheux D, Espié M, Giacchetti S, Hindié E. Performance of FDG PET/CT in the Clinical Management of Breast Cancer. Radiology. 2013;266(2):388-405. doi:10.1148/radiol.12110853



Tidak ada komentar:

Posting Komentar