Pesatnya kemajuan kedokteran nuklir di dunia saat ini, tidak lepas dari sejarah bagaimana kedokteran nuklir itu mulai pertama kali muncul. Kita harus berterimankasih kepada para ilmuwan-ilmuwan hebat yang mengawali lahirnya era kedokteran nuklir dan kedokteran molekuler di dunia ini. Para ilmuwan ini tidak hanya didominasi oleh para dokter saja, tapi juga berasal dari disiplin ilmu yang lain sepeeti fisika, kimia, teknik mesin, dan farmasi. Karena banyaknya kontribusi dari para pakar multidisiplin ilmu ini membuat sejarah perkembangan kedokteran nuklir menjadi sulit ditentukan. Namun, tanpa mereka perkembangan kedokteran nuklir tidak akan seperti saat ini. Sejarah perkembangan kedokteran nuklir ini penting untuk diketahui oleh para pakar kedokteran nuklir, agar dapat lebih memahami makna dan prinsip dasar dari suatu pemeriksaan atau pengobatan di kedokteran nuklir. Oleh sebab itu pada tulisan kali ini, kita akan membahas mengenai sejarah dari peekembangan kedokteran nuklir di dunia. Sedangkan sejarah perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia akan kita bahas di tulisan yang akan datang. Tidak semua peristiwa penting akan dibahas pada tulisan kali ini, hanya peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi perkembangan kedokteran nuklir di dunia saja yang akan dibahas.
Dikenalnya istilah radiasi pertama kali diperkenalkan oleh William Konrad Roentgen pada tahun 1985 yang menemukan sinar-x, dan Henri Becquerel pada tahun 1896 yang menemukan adanya suatu "sinar" misterius yang berasal dari senyawa uranium, namun dia belum mengerti apa yang dimaksud dengan "sinar" tersebut. Baru satu tahun kemudian, Marie Curie mengatakan bahwa "sinar" misterius tersebut dinamakan "radioaktivitas". Atas jasanya, maka kedua nama mereka digunakan sebagai satuan ukur untuk aktivitas radiasi.
Era kedokteran nuklir modern dimulai pada tahun 1920an, ketika George de Hevesy menemukan radiotracer yang digunakan pada hewan untuk melacak proses metabolisme. Banyak sejarawan menganggap peristiwa yang paling penting dari perkembangan kedokteran nuklir terjadi pada tahun 1934, ketika Frederic Joliot-Curie dan Irene Joliot-Curie memperkenalkan senyawa radioaktif buatan. Penemuan mereka ini diilhami dari penemuan ilmuwan sebelumnya oleh William Konrad Roentgen, Henri Becquerel, marie Curie, dan Taro Takomi mengenai radioaktif, yang tidak lengkap sejarah kedokteran nuklir jika tidak menyebut nama mereka.
Kedokteran nuklir mulai dikenal secara umum pada saat artikel yang ditulis oleh Sam Seidlin dipublikasikan di Journal of the American Medical Association pada tanggal 7 Desember 1946. Artikel ini menuliskan laporan mengenai keberhasilan dari pengobatan radioiodine (NaI-131) pada pasien kanker tiroid. Banyak para ahli sejarah yang mengatakan bahwa artikel ini merupakan artikel yang paling penting yang pernah dipublikasikan dalam perkembangan ilmu kedokteran nuklir. Walaupun penggunaan iodium radioaktif ini pertama kali digunakan untuk pengobatan kanker tiroid, namun penggunaannya kemudian berkembang lagi menjadi untuk pencitraan diagnostik fungsi kelenjar tiroid dan pengobatan hipertiroid.
Pemanfaatan klinis secara luas dari kedokteran nuklir dimulai pada awal 1950-an, pada saat berkembangnya pengetahuan mengenai radionuklida, deteksi radioaktivitas, dan pemanfaatannya dalam mendeteksi proses di dalam tubuh. Diawali oleh Benedict Cassen yang pertama kali mengembangkan rectilinear scanner dan Hal O. Anger yang mengembangkan kamera gamma (lebih dikenal sebagai kamera Anger), membuat kedokteran nuklir lebih dikenal sebagai spesialis kedokteran terutama dalam hal pencitraan diagnostik.
Pada masa ini (tahun 1950-an), perkembangan kedokteran nuklir sangat fenomenal. Pada tahun 1954 di Spokane, Washington, Amerika Serikat, didirikanlah Society of Nuclear Medicine. Pada tahun 1960, SNM mulai mempublikasikan jurnal kedokteran nuklir, yang merupakan jurnal ilmiah pertama di Amerika Serikat. Banyak penelitian dan pengembangan obat radioaktif baru untuk digunakan pada pemeriksaan diagnoatik yang dipublikasikan.
Di antara banya penemuan obat radioaktif yang digunakan pada kedokteran, Technetium 99m (Tc-99m) merupakan penemuan obat radioaktif yang paling penting yang pernah dikembangkan. Ditemukan pertama kali pada tahun 1937 oleh C. Perrier dan E. Segre sebagai senyawa buatan yang didesain untuk mengiai ruang nomor 43 di dalam skala periodik. Pengembangan sistem sistim generator untuk memproduksi Tc-99m membuat penggunaannya menjadi praktis. Hingga saat ini, Tc-99m merupakan obat radioaktif yang paling sering digunakan di kedokteran nuklir.
Pada tahun 1970-an hampir seluruh organ dapat dilihat oleh prosedur di kedokteran nuklir. Pada tahun 1971, American Medical Association meresmikan kedokteran nuklir sebagai suatu cabang spesialis kedokteran. Pada tahun 1972, American Board of Nuclear Medicine dibentuk, dan pada tahun 1974, American Osteopathic Board of Nuclear Medicine dibentuk, memperkuat posisi kedokteran nuklir yang terpisah dan mandiri.
Pada tahun 1980-an, obat radioaktif yang didesain untuk mendiagnosa penyakit jantung mulai digunakan, dan bersamaan dengan itu pengembangan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) juga mulai digunakan. Pengembangan ini membuat nuclear cardiology mulai dikenal dan digunakan dalam bidang pemeriksaan diagnostik penyakit jantung.
Yang paling mutakhir dari perkembangan kedokteran nuklir adalah Positron Emission Tomography (PET) scanner. Konsep dasar mengenai emisi dan transmisi yang kemudian berkembang menjadi SPECT ini diperkenalkan pertama kali oleh David E. Kuhl dan Roy Edwards pada akhir 1950-an. Mereka mendesain dan membuat instrumen tomografi di Universitas Pennsylvania yang kemudian dikembangkan lebih lanjut lagi Universitas Washington. Pengembangan ini melahirkan instrumen pencitraan fusi, yaitu gabungan antara SPECT dengan CT yang dilakukan oleh Bruce Hasegawa dari Universitas California San Fransisco (UCSF) dan PET/CT yang pertama kali didesain oleh D.W Townsend dari Universitas Pettsburg pada tahun 1998.
Pencitraan PET dan PET/CT berkembang lebih lambat pada masa-masa awal diperkenalkan karena masalah biaya dan kebutuhan siklotron. Namun kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang memasukkan biaya pemeriksaan PET dan PET/CT dalam onkologi ditanggung oleh asuransi, telah membuat pertumbuhan dan penggunaan yang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini juga didukung dengan pengembangan F-18 untuk pemeriksaan diagnostik PET. Saat ini PET/CT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penentuan diagnosis, penentuan stadium, dan pemantauan. Saat ini tengah dikembangkan PET/MRI scanner yang mulai diperkenalkan tahun 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar